ini adalah bentuk pemikiran, uneg-uneg, rasa cinta dan perasaan dalam tulisan dari seorang pecinta film, buku dan music.. terlebih lagi Kimi Raikkonen.. (suami dan anak2 mah udah pasti laa yaw.. !) ^_^

Friday, October 10, 2008

satu lagi.. Indonesia ku makin suram rasanya

satu lagi artikel forward-an dari sahabat..
kalo baca ini, bisa gila rasanya.. but wait.. kenapa musti gila.. uang di bank engga lebih dari 10juta.. ai engga punya investasi di mana2.. soo.. paling2 imbasnya ke sembako.. sembako bakalan menggila lagi engga yaa.. T_T
___________________

Monday, September 29, 2008
PENYELAMATAN BANK- BANK US YANG (HAMPIR) AMBRUK

KONSISTENSI
Berapa bank dan perusahaan keuangan sudah ambruk di US? Countrywide Financial, IndyMac, Bear Stearns, Lehman Brothers, Fannie Mae, Freddie Mac, AIG, Washington Mutual, Merrill Lynch. Mereka ini bukan institusi keuangan yang kecil. Citigroup sudah jadi shitty group.

Dua minggu terakhir ini petinggi di Washington panik. Kita bisa melihat Bush, Bernanke, dan Hank Paulson berbicara di TV. Dan seperti biasa, pemerintahan Bush menggesa senat dan kongress untuk menandatangani undang-undang. Gaya lamanya seperti ketika mau menyerang Iraq. Kali ini topiknya penyelamatan ekonomi US dan dunia. Seperti halnya kasus penyerangan Iraq; usaha-usaha penyelamatan ekonomi, tidak akan mengenai sasaran dan akan sia-sia bagi rakyat US.

Politikus dimana saja kebanyakan punya daya ingat lemah atau penipu atau dua-duanya. Kalau anda tidak tahu, maka anda akan heran kenapa tiba-tiba minggu lalu Hank Paulson dan Ben Bernanke berteriak-teriak minta mandat dari komisi keuangan senat untuk melakukan penyelamatan ekonomi (baca: bank-bank yang hampir bangkrut), pada hal sebelumnya mereka tidak banyak cerita.

Seperti biasanya di EOWI kami selalu mengatakan bahwa: “Ada penipu kecil, penipu ulung, politikus dan Cut Zahara Fonna”

Kita lihat apa yang dikatakan para politikus:

Greenspan, Oktober 2006 mantan ketua bank sentral US: “Most negatives in housing are probably behind us...”

28 Maret 2007 - Ben Bernanke ketua bank sentral US: "At this juncture . . . the impact on the broader economy and financial markets of the problems in the subprime markets seems likely to be contained,"

20 April 2007 - Henry Paulson (mentri keuangan): "I don't see (subprime mortgage market troubles) imposing a serious problem. I think it's going to be largely contained....All the signs I look at show the housing market is at or near the bottom,"

20 Juni 2007 - Ben Bernanke: (the subprime fallout) ``will not affect the economy overall.''

10 Agustus 2007 - Bush: “The American economy is the envy of the world, and we need to keep it that way,....I'm not an economist..........The fundamentals of our economy are strong. ... Job creation is strong. Real after-tax wages are on the rise. Inflation is low."

15 Oktober 2007 - Bernanke: "It is not the responsibility of the Federal Reserve - nor would it be appropriate - to protect lenders and investors from the consequences of their financial decisions."

20 Juli 2008 - Paulson: "it's a safe banking system, a sound banking system. Our regulators are on top of it. This is a very manageable situation."

10 Agustus 2008 - Paulson: ``We have no plans to insert money into either of those two institutions.” (Fannie Mae and Freddie Mac)

Comentar EOWI: Realitanya, tanggal 8 September 2008 - Fannie and Freddie dinasionalisasikan. Uang pembayar pajak termakan US$ 1 - 1.5 trilliun. Lebih dari US$ 5 triliun berpotensi masuk ke neraca keuangan negara, minus tentunya. Rupanya Hank Paulson sudah lupa apa yang dikatakannya sebulan sebelumnya. Atau dia seorang penipu. Ucapan Paulson mengenai tidak perlunya campur tangan pemerintah atas saham seperti yang dikatakannya tanggal 10 Agustus 2008 bukan yang pertama. Sebelumnya dia menceramahi petinggi Cina dengan mengatakan:

"The reality of the situation is that an open, competitive, and liberalized financial market can effectively allocate scarce resources in a manner that promotes stability and prosperity far better than governmental intervention..." (7 Maret 2007 China-US Strategic Dialogue summit).

Apapun yang politikus katakan sebelumnya, seakan hilang pada tanggal 16 September 2008 dan sesudahnya.

16 September 2008, $85 milyar uang pembayar pajak tersangkut lagi di penyelamatan AIG.

19 September 2008, Ben Bernanke dan Henry Paulson minta $700 milyar untuk pembelian surat-surat hutang yang busuk, sebagai jalan penyelamatan kebekuan liquiditas.

19 September 2008 – Paulson: "We're talking hundreds of billions of dollars - this needs to be big enough to make a real difference and get at the heart of the problem,......This is the way we stabilize the system." (komentar EOWI: bohong, kalian punya agenda lain).


19 September 2008, Bernanke: "most severe financial crisis" in the post-World War II era. Investment banks are seeing tremendous runs on their cash. Without action, they will fail soon." (komentar EOWI: bohong, kalian punya agenda lain).


21 September 2008 – Paulson: "The credit markets are still very fragile right now and frozen. We need to deal with this and deal with it quickly. The financial security of all Americans ... depends on our ability to restore our financial institutions to a sound footing." (komentar EOWI: kami tidak percaya, kalian punya agenda lain).


23 September 2008 – Paulson: "We must [enact a program quickly] in order to avoid a continuing series of financial institution failures and frozen credit markets that threaten American families' financial well-being, the viability of businesses, both small and large, and the very health of our economy," (komentar EOWI: kami tidak percaya, kalian punya agenda lain).


23 September 2008 – Bernanke: "My interest is solely for the strength and recovery of the U.S. economy," (komentar EOWI: kami tidak percaya, kalian punya agenda lain).

Seperti halnya dalih weapon of mass destruction untuk menyerang Iraq, usaha-usaha penyelamatan kali ini sama saja. Akan gagal, karena pelaku-pelakunya sama.

Kelakuan politikus untuk kasus Lehman ini belum nampak bohongnya, hanya terlihat tidak becus alias bego. Ini kata waper Yusuf Kalla pada tanggal 19 September 2008 dikutip oleh Kompas:

Wapres mengatakan, imbas terhadap bangkrutnya perusahaan-perusahaan raksasa dunia seperti Lehman Brothers juga tidak merugikan Indonesia, kecuali perusahaan-perusahaan Indonesia yang mendapat pinjaman kredit sehingga keuntungan perusahaannya akan terganggu. "Jadi, tidak ada dana Indonesia yang hilang dari sana," lanjut Wapres Kalla. [link: http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/19/14412391/wapres.kasus.lehman.tidak.rugikan.indonesia]

Dan ini berita di Kompas seminggu kemudian berupa keluhan nasabah Citibank yang membeli produk Lehman:

”Saya investasi di produk itu sebesar 50.000 dollar AS pada bulan Juli 2007 lalu,” kata Vincent Lingga, Selasa (23/9) di Jakarta. Dia memperkirakan jumlah nasabah yang membeli produk Lehman Brothers jumlahnya mencapai puluhan orang.

Vincent mempertanyakan lemahnya pengawasan dari Bank Indonesia (BI) serta Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) terhadap surat berharga yang diterbitkan perusahaan sekuritas asing di Indonesia.
[link: http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/24/0745115/investor.indonesia.dirugikan.lehman]

Setelah itu banyak berita mengenai orang-orang yang mengalami kerugian akibat runtuhnya Lehman. Belum tahu berapa yang kena kasus AIG. Kami tidak tahu apakah pak Kalla malu atau tidak.

MATERI PENYELAMATAN
Awalnya materi proposal penyelamatan krisis ekonomi ini hanya 3 lembar. Tentu saja membuat komisi ekonomi senat, terutama senator Shelby mengecam dengan keras (pura-pura atau serius, kami tidak tahu). Kalau 3 lembar artinya senat disuruh menandatangani cek kosong. Dari dengar pendapat antara Bernanke, Paulson dihadapan komisi ekonomi senat, materi proposal agak terbuka sedikit. Yang pasti jumlahnya $700 milyar, yang akan digunakan untuk membeli asset-asset beku yang tidak ada yang mau menyentuhnya. Nantinya asset-asset ini akan dijual kembali. Angka $700 milyar itu bisa bertambah nantinya.

Pertanyaannya, bagaimana cara menilai harga aset-asset beku dan busuk itu. Kalau kemahalan maka pembayar pajak dirugikan. Kalau kemurahan maka pembayar pajak akan diuntungkan. Opini EOWI: kalau pasar tidak mau menyentuh karena tidak tahu berapa harga wajarnya, bagaimana Paulson dan Bernanke tahu? Bukankah mereka beberapa waktu lalu yang bilang bahwa ekonomi baik-baik saja dan krisis sekarang ini terkendali. Tetapi hanya dalam selang beberapa bulan mereka mengatakan krisis sekarang ini tidak terkendali. Kalau mereka dulu tidak lebih tahu dari pasar, apa yag membuat mereka saat ini lebih tahu dari pasar? Pengalaman Jepang, Indonesia dan banyak negara lain menunjukkan pemerintah tidak akan mampu berbuat seperti yang kehendaki Paulson dan Bernanke.


YANG PRO
Siapakah yang pro kepada program penyelamatan ekonomi Hank Paulson? Investor Warren Buffet dan boss bond fund PIMCO, Bill Gross.

Kenapa Buffet setuju? Bahkan kata Buffet, kalau pemerintah US tidak mengambil tindakan apa-apa, maka akan terjadi economic Pearl Harbor, kehancuran ekonomi. Pertanyaan kenapa Buffet setuju adalah menarik. EOWI berhasil menggali beberapa data mengenai Berkshire Hathaway, perusahaan keuangan Buffet. Ini sebabnya.

Menurut neraca keuangan Berkshire Hathaway Juni 2008, ada $8.8 milyar (nilai nominal) Credit Default Obligation – ada kenaikan 88% dibandingkan bulan Desember 2007. Barang busuk ini akan tertolong kalau bisa dijual ke pemerintah di harga nominalnya.

Di dalam neraca keuangannya ada $39.9 milyar option indeks, yang jumlahnya naik 14% dari posisi pada bulan Desember 2007. Buffet tentu mengharapkan harga saham naik sehingga optionnya tidak hangus.

Buffet baru-baru ini menginvestasikan $5 milyar ke Goldman Sachs. Mungkin Buffet berharap bursa saham akan rally sampai akhir tahun dan seterusnya karena senat menyetujui rencana penyelamatan ekonomi ini, plus investasi $5 milyar sebagai pancingan para Buffet Fans Club untuk terjun ke bursa kembali. Dengan demikian put option yang dijualnya hangus (dia untung) dan CDO busuknya dibeli pemerintah. Di samping itu transaksi ini termasuk murah dan tidak bisa dilakukan oleh investor biasa (retail). Pertama yang diperolehnya adalah perpetual preferred stock dengan bunga kupon 10%. Artinya dia akan memperoleh prioritas teringgi atas dividen. Orang lain tidak akan dapat dividen sebelum Buffet. Ada lagi tambahan pemanisnya, yaitu warran (dengan jatuh tempon tahun 2011) untuk membeli saham Goldman Sachs di harga $115. Dan saat ini warran semacam itu harganya $45 per lembar.

Di EOWI kami sering bersebrangan dengan Buffet, misalnya perkara emas. Buffet pernah bilang bahwa emas tidak menghasilkan apa-apa. Kami tidak perduli Buffet karena kami bukan anggota Buffet Fans Club.

Investor lain yang pro terhadap program penyelamatan ekonomi ialah Bill Gross. Semua orang tahu bahwa Bill Gross punya eksposur yang besar terhadap surat-surat hutang busuk. Kalau pemerintah mau beli diharga nominalnya, atau negosiasi, dia terselamatkan. Sederhana.


YANG KONTRA
Rakyat US, pasti tidak suka terhadap proposal penyelamatan (bail-out) ini. Alasannya karena sudah muak terhadap CEO dan para eksekutif bank yang gaji dan benefitnya selangit. Kalau para eksekutif ini berbuat salah, biarkan saja mereka yang menanggung. Jangan dibebankan kepada pembayar pajak. Fax, telepon dan email membanjiri para senator US menekan agar tidak menyetujui proposal Paulson & Bernanke. Ini pengakuan salah satu senator, Dianne Feinstein, bahwa dia menerima 50 ribu telepon dan surat yang menyatakan ketidak setujuannya terhadap proposal penyelamatan ekonomi.
http://www.rocklintoday.com/news/templates/community_news.asp?articleid=6605&zoneid=4

Kami pikir masih banyak lagi senator-senator yang kebanjiran email, fax dan telepon yang mengungkapkan perasaan yang senada.

Nouriel Roubini ekonom terkemuka di US dan professor di New York University, menyebut proposal Paulson sangat memalukan, disgrace, http://www.rgemonitor.com/roubini-monitor/253762/rge_conference_call_on_the_economic_and_financial_outlookand_why_the_treasury_tarp_bailout_is_flawed. Dan hasilnya adalah kegagalan.

190 lebih ekonom terkemuka US menulis surat terbuka http://www.dailypaul.com/node/64616, yang isinya juga menentang program Paulson.

Ternyata di kalangan the Fed, tidak semua sepakat dengan proposal Paulson. Salah satu presiden dari the Fed, Richard Fisher, ternyata berpandangan negatif terhadap proposal Paulson http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601110&sid=abK2j4XZsBuU. Katanya di hadapan New York University Money Marketeers Club:

``The seizures and convulsions we have experienced in the debt and equity markets have been the consequences of a sustained orgy of excess and reckless behavior, not a too-tight monetary policy,''

William Isaac, mantan ketua the Federal Deposit Insurance Corp juga meragukan bahwa proposal Paulson akan berhasil.
http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=newsarchive&sid=amvlLMejTsM0


KOMENTAR EOWI
EOWI berpendapat bahwa proposal Paulson, baik yang asli atau yang akan disetujui senat, tidak akan berhasil. Berapa dana yang telah dikeluarkan untuk penyelamatan Freddie dan Fannie, AIG. Belum lagi bantuan liquiditas yang telah dikucurkan the Fed ($300 milyar?). Terus apa artinya $350 milyar plus $350 milyar jika nanti diperlukan. Jepang 20 tahun lalu mengalami hal yang sama dan bertindak dengan cara yang sama. Sampai sekarang indeks Nikkei hanya 20% dari puncaknya yang terletak di kisaran 40,000.

Kemarin dan hari ini ada 4 institusi keuangan dunia yang terjengkang:
-Bradford & Bingley harus dinasionalisasi pemerintah Inggris. Assetnya harus dipecah-pecah.
-Fortis Group diselamatkan pemerintah Benelux (Belgium, Netherland & Luxemburg)
-Hypo Real Estate, pemerintah Jerman harus mengeluarkan $50 milyar dana penyelamatan.
-Bank Wachovia harus menyingkir dari bursa saham dan assetnya dibeli Citigroup

Tahukah anda bahwa institusi-institusi itu termasuk di dalam daftar larangan short-sell? Kalau memang fundamentalnya lemah pasti akan gugur dan pemegang saham akan mampus.

Malam ini (waktu Indonesia Bagian Barat), senat akan melakukan voting atas usulan Paulson. Apapun hasilnya, tidak akan mempengaruhi ekonomi US dan dunia saat ini.

Sekian dulu, kalau anda punya uang di bank lebih dari Rp 100 juta, mungkin ada baiknya anda tarik. Walaupun Yusuf Kalla mengatakan bahwa Indonesia tidak akan kena pengaruh gonjang-ganjing krisis moneter dunia (US), bukan kah Paulson, Bernanke dan Bush mengatakan hal yang serupa untuk negaranya. Kenyataannya banyak bank yang bangkrut tidak lama kemudian.

Jaga kesehatan anda dan tabungan anda. Jangan frustrasi dan kemudian membunuh anak-istri anda, serta bunuh diri. Dunia masih menjanjikan peluang..........

29 September 2008.

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Source: Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI)

Krismon AS, Dollar AS, Indonesia ku gimana?

ah... sore ini, lebih tepatnya jam 5.45 WIB sahabat ai kasih kabar kalo dia ditelpon bokapnya untuk hati2 karena di TV baru saja di Informasikan kalo Dollar udah nembus ke angka 10.500..

gw resah.. langsung resah, jauh lebih resah dari pada mikirin title WDCnya Kimi yang makin ke laut...

giling, apakah semua rakyat indonesia sebegitu ketakutannya atas dampak krismon di AS.. apa jangan2 itu hanya ulah para spekulan yang bener2 cuman mikirin keuntungan sesaat.. sebenernya seberapa parahnya tingkat kepercayaan rakyat ini atas negaranya.. lalu apa hubungannya dengan krismon di AS.. pan Indonesia engga Singapura yang menjadi salah satu pusat pemutaran uang di dunia.. Apakah Indonesia hanya akan kembali menjadi korban para spekulan seperti tahun 1997..

kalo saja negara ini dikelola bukan dengan hukum ekonomi yang kapitalis, mungkin kita semua bisa selamat.. apa mungkin kita bisa keluar dari kapitalisme yang sudah mendarah daging di negara ini..

btw, dari kemaren ai masih bingung kenapa gara2 kridit perumahan AS macet berat kok bisa menggoyang perekonomian.. teman ada forward artikel dari Jawa Pos yang bisa menjawab kebingungan ini.. (lumayan bisa jadi arsip, kali aja entuh kembar di rumah pada saatnya mau tau ai bisa langsung cerita panjang lebar.. :p )

ini beritanya..
_________________________

Juntrungan Krisis Subprime di Amerika Serikat
Kalau Langit Masih Kurang Tinggi

Oleh: Dahlan Iskan

Meski saya bukan ekonom, banyak pembaca tetap minta saya ''menceritakan' ' secara awam mengenai hebatnya krisis keuangan di AS saat ini. Seperti juga, banyak pembaca tetap bertanya tentang sakit liver, meski mereka tahu saya bukan dokter. Saya coba:

Semua perusahaan yang sudah go public lebih dituntut untuk terus berkembang di semua sektor. Terutama labanya. Kalau bisa, laba sebuah perusahaan publik terus meningkat sampai 20 persen setiap tahun. Soal caranya bagaimana, itu urusan kiat para CEO dan
direkturnya.

Pemilik perusahaan itu (para pemilik saham) biasanya sudah tidak mau tahu lagi apa dan bagaimana perusahaan tersebut dijalankan. Yang mereka mau tahu adalah dua hal yang terpenting saja: harga sahamnya harus terus naik dan labanya harus terus meningkat.

Perusahaan publik di AS biasanya dimiliki ribuan atau ratusan ribu orang, sehingga mereka tidak peduli lagi dengan tetek-bengek perusahaan mereka.

Mengapa mereka menginginkan harga saham harus terus naik? Agar kalau para pemilik saham itu ingin menjual saham, bisa dapat harga lebih tinggi dibanding waktu
mereka beli dulu: untung.

Mengapa laba juga harus terus naik? Agar, kalau mereka tidak ingin jual saham, setiap tahun mereka bisa dapat pembagian laba (dividen) yang kian banyak.

Soal cara bagaimana agar keinginan dua hal itu bisa terlaksana dengan baik, terserah pada CEO-nya. Maupakai cara kucing hitam atau cara kucing putih,terserah saja. Sudah ada hukum yang mengawasi cara kerja para CEO tersebut: hukum perusahaan, hukum pasar
modal, hukum pajak, hukum perburuhan, dan seterusnya.

Apakah para CEO yang harus selalu memikirkan dua hal itu merasa tertekan dan stres setiap hari? Bukankah sebuah perusahaan kadang bisa untung, tapi kadang bisa rugi?

Anehnya, para CEO belum tentu merasa terus-menerus diuber target. Tanpa disuruh pun para CEO sendiri memang juga menginginkannya. Mengapa? Pertama, agar dia tidak terancam kehilangan jabatan CEO. Kedua, agar dia mendapat bonus superbesar yang biasanya dihitung sekian persen dari laba dan pertumbuhan yang dicapai. Gaji dan bonus yang diterima para CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali lebih besar dari gaji Presiden George Bush. Mana bisa dengan gaji sebesar itu masih stres?

Keinginan pemegang saham dan keinginan para CEO dengan demikian seperti tumbu ketemu tutup: klop. Maka, semua perusahaan dipaksa untuk terus-menerus berkembang dan membesar. Kalau tidak ada jalan, harus dicarikan jalan lain. Kalau jalan lain tidak ditemukan, bikin jalan baru. Kalau bikin jalan baru ternyata sulit, ambil saja jalannya orang lain. Kalau tidak boleh diambil? Beli! Kalau tidak dijual? Beli dengan cara yang licik -dan kasar! Istilah populernya hostile take over.

Kalau masih tidak bisa juga, masih ada jalan aneh: minta politisi untuk bikinkan berbagai peraturan yang memungkinkan perusahaan bisa mendapat jalan.

Kalau perusahaan terus berkembang, semua orang happy. CEO dan para direkturnya happy karena dapat bonus yang mencapai Rp 500 miliar setahun. Para pemilik saham juga happy karena kekayaannya terus naik. Pemerintah happy karena penerimaan pajak yang terus membesar. Politisi happy karena dapat dukungan atau sumber dana.

Dengan gambaran seperti itulah ekonomi AS berkembang pesat dan kesejahteraan rakyatnya meningkat. Semua orang lantas mampu membeli kebutuhan hidupnya. Kulkas,
TV, mobil, dan rumah laku dengan kerasnya. Semakin banyak yang bisa membeli barang, ekonomi semakin maju lagi.

Karena itu, AS perlu banyak sekali barang. Barang apa saja. Kalau tidak bisa bikin sendiri, datangkan saja dari Tiongkok atau Indonesia atau negara lainnya. Itulah yang membuat Tiongkok bisa menjual barang apa saja ke AS yang bisa membuat Tiongkok punya cadangan devisa terbesar di dunia: USD 2 triliun!

Sudah lebih dari 60 tahun cara "membesarkan" perusahaan seperti itu dilakukan di AS dengan suksesnya. Itulah bagian dari ekonomi kapitalis. AS dengan kemakmuran dan kekuatan ekonominya lalu menjadi penguasa dunia.

Tapi, itu belum cukup.

Yang makmur harus terus lebih makmur. Punya toilet otomatis dianggap tidak cukup lagi: harus computerized!

Bonus yang sudah amat besar masih kurang besar. Laba yang terus meningkat harus terus mengejar langit. Ukuran perusahaan yang sudah sebesar gajah harus dibikin lebih jumbo. Langit, gajah, jumbo juga belum cukup.

Ketika semua orang sudah mampu beli rumah, mestinya tidak ada lagi perusahaan yang jual rumah. Tapi, karena perusahaan harus terus meningkat, dicarilah jalan agar penjualan rumah tetap bisa dilakukan dalam jumlah yang kian banyak. Kalau orangnya sudah punya rumah, harus diciptakan agar kucing atau anjingnya juga punya rumah. Demikian juga mobilnya.

Tapi, ketika anjingnya pun sudah punya rumah, siapa pula yang akan beli rumah?

Kalau tidak ada lagi yang beli rumah, bagaimana perusahaan bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjamin bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan alat-alat bangunan bisa lebih besar? Bagaimana bank bisa lebih besar? Bagaimana notaris bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjual kloset bisa lebih besar? Padahal, doktrinnya, semua perusahaan harus semakin besar?

Ada jalan baru. Pemerintah AS-lah yang membuat jalan baru itu. Pada 1980, pemerintah bikin keputusan yang disebut ''Deregulasi Kontrol Moneter''. Intinya, dalam hal kredit rumah, perusahaan realestat diperbolehkan menggunakan variabel bunga. Maksudnya: boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan secara pasti. Peraturan baru itu berlaku dua tahun kemudian.

Inilah peluang besar bagi banyak sektor usaha: realestat, perbankan, asuransi, broker, underwriter, dan seterusnya. Peluang itulah yang dimanfaatkan perbankan secara nyata.

Begini ceritanya:

Sejak sebelum 1925, di AS sudah ada UU Mortgage. Yakni, semacam undang-undang kredit pemilikan rumah (KPR). Semua warga AS, asalkan memenuhi syarat tertentu, bisa mendapat mortgage (anggap saja sepertiKPR, meski tidak sama).

Misalnya, kalau gaji seseorang sudah Rp 100 juta setahun, boleh ambil mortgage untuk beli rumah seharga Rp 250 juta. Cicilan bulanannya ringan karena mortgage itu berjangka 30 tahun dengan bunga 6 persen setahun.

Negara-negara maju, termasuk Singapura, umumnya punya UU Mortgage. Yang terbaru adalah UU Mortgage di Dubai. Sejak itu, penjualan properti di Dubai naik 55 persen.
UU Mortgage tersebut sangat ketat dalam menetapkan syarat orang yang bisa mendapat mortgage.

Dengan keluarnya ''jalan baru'' pada 1980 itu, terbuka peluang untuk menaikkan bunga. Bisnis yang terkait dengan perumahan kembali hidup. Bank bisa dapat peluang bunga tambahan. Bank menjadi lebih agresif. Juga para broker dan bisnis lain yang terkait.

Tapi, karena semua orang sudah punya rumah, tetap saja ada hambatan. Maka, ada lagi ''jalan baru'' yang dibuat pemerintah enam tahun kemudian. Yakni, tahun 1986.

Pada 1986 itu, pemerintah menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya: pembeli rumah diberi keringanan pajak. Keringanan itu juga berlaku bagi pembelian rumah satu lagi. Artinya, meski sudah punya rumah,kalau mau beli rumah satu lagi, masih bisa dimasukkan dalam fasilitas itu.

Di negara-negara maju, sebuah keringanan pajak mendapat sambutan yang luar biasa. Di sana pajak memang sangat tinggi. Bahkan, seperti di Swedia atau Denmark , gaji seseorang dipajaki sampai 50 persen.Imbalannya, semua keperluan hidup seperti sekolah dan pengobatan gratis. Hari tua juga terjamin.

Dengan adanya fasilitas pajak itu, gairah bisnis rumah meningkat drastis menjelang 1990. Dan terus melejit selama 12 tahun berikutnya. Kredit yang disebut mortgage yang biasanya hanya USD 150 miliar setahun langsung menjadi dua kali lipat pada tahun berikutnya. Tahun-tahun berikutnya terus meningkat lagi. Pada 2004
mencapai hampir USD 700 miliar setahun.

Kata ''mortgage'' berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis. Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah. Dalam mortgage, Anda mendapat kredit. Lalu, Anda memiliki rumah. Rumah itu Anda serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anda boleh menempatinya selama cicilan Anda belum lunas.

Karena rumah itu bukan milik Anda, begitu pembayaran mortgage macet, rumah itu otomatis tidak bisa Anda tempati. Sejak awal ada ikrar bahwa itu bukan rumah Anda. Atau belum. Maka, ketika Anda tidak membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, Anda harus langsung pergi dari rumah tersebut.

Lalu, apa hubungannya dengan bangkrutnya investment banking seperti Lehman Brothers?

Gairah bisnis rumah yang luar biasa pada 1990-2004 itu bukan hanya karena fasilitas pajak tersebut. Fasilitas itu telah dilihat oleh ''para pelaku bisnis keuangan''
sebagai peluang untuk membesarkan perusahaan dan meningkatkan laba.

Warga terus dirangsang dengan berbagai iklan dan berbagai fasilitas mortgage. Jor-joran memberi kredit bertemu dengan jor-joran membeli rumah. Harga rumah dan tanah naik terus melebihi bunga bank.

Akibatnya, yang pintar bukan hanya orang-orang bank, tapi juga para pemilik rumah. Yang rumahnya sudah lunas, di-mortgage- kan lagi untuk membeli rumah berikutnya. Yang belum memenuhi syarat beli rumah pun bisa mendapatkan kredit dengan harapan toh harga rumahnya terus naik. Kalau toh suatu saat ada yang tidak bisa bayar, bank masih untung. Jadi, tidak ada kata takut dalam memberi kredit rumah.

Tapi, bank tentu punya batasan yang ketat sebagaimana diatur dalam undang-undang perbankan yang keras.

Sekali lagi, bagi orang bisnis, selalu ada jalan.

Jalan baru itu adalah ini: bank bisa bekerja sama dengan ''bank jenis lain'' yang disebut investment banking.

Apakah investment banking itu bank?

Bukan. Ia perusahaan keuangan yang ''hanya mirip'' bank. Ia lebih bebas daripada bank. Ia tidak terikat peraturan bank. Bisa berbuat banyak hal: menerima macam-macam ''deposito'' dari para pemilik uang, meminjamkan uang, meminjam uang, membeli perusahaan, membeli saham, menjadi penjamin, membeli rumah, menjual rumah, private placeman, dan apa pun yang orang bisa lakukan. Bahkan, bisa melakukan apa yang
orang tidak pernah memikirkan! Lehman Brothers, Bear Stern, dan banyak lagi adalah jenis investment banking itu.

Dengan kebebasannya tersebut, ia bisa lebih agresif. Bisa memberi pinjaman tanpa ketentuan pembatasan apa pun. Bisa membeli perusahaan dan menjualnya kapan
saja. Kalau uangnya tidak cukup, ia bisa pinjam kepada siapa saja: kepada bank lain atau kepada sesama investment banking. Atau, juga kepada orang-orang kaya
yang punya banyak uang dengan istilah ''personal banking''.

Saya sering kedatangan orang dari investment banking seperti itu yang menawarkan banyak fasilitas. Kalau saya mau menempatkan dana di sana , saya dapat bunga lebih baik dengan hitungan yang rumit. Biasanya saya tidak sanggup mengikuti hitung-hitungan yang canggih itu.

Saya orang yang berpikiran sederhana. Biasanya tamu-tamu seperti itu saya serahkan ke Dirut Jawa Pos Wenny Ratna Dewi. Yang kalau menghitung angka lebih cepat dari kalkulator. Kini saya tahu, pada dasarnya dia tidak menawarkan fasilitas, tapi cari pinjaman untuk memutar cash-flow.

Begitu agresifnya para investment banking itu, sehingga kalau dulu hanya orang yang memenuhi syarat (prime) yang bisa dapat mortgage, yang kurang memenuhi syarat pun (sub-prime) dirangsang untuk minta mortgage.

Di AS, setiap orang punya rating. Tinggi rendahnya rating ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan dan boros-tidaknya gaya hidup seseorang. Orang yang disebut prime adalah yang ratingnya 600 ke atas. Setiap tahun orang bisa memperkirakan sendiri, ratingnya naik atau turun.

Kalau sudah mencapai 600, dia sudah boleh bercita-cita punya rumah lewat mortgage. Kalau belum 600, dia harus berusaha mencapai 600. Bisa dengan terus bekerja keras
agar gajinya naik atau terus melakukan penghematan pengeluaran.

Tapi, karena perusahaan harus semakin besar dan laba harus kian tinggi, pasar pun digelembungkan. Orang yang ratingnya baru 500 sudah ditawari mortgage. Toh kalau gagal bayar, rumah itu bisa disita. Setelah disita, bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pinjaman. Tidak pernah dipikirkan jangka panjangnya.

Jangka panjang itu ternyata tidak terlalu panjang. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, kegagalan bayar mortgage langsung melejit. Rumah yang disita sangat banyak. Rumah yang dijual kian bertambah. Kian banyak orang yang jual rumah, kian turun harganya. Kian turun harga, berarti nilai jaminan rumah itu kian tidak cocok dengan nilai pinjaman. Itu berarti kian banyak yang gagal bayar.

Bank atau investment banking yang memberi pinjaman telah pula menjaminkan rumah-rumah itu kepada bank atau investment banking yang lain. Yang lain itu menjaminkan ke yang lain lagi. Yang lain lagi itu menjaminkan ke yang beriktunya lagi. Satu ambruk, membuat yang lain ambruk. Seperti kartu domino yang didirikan berjajar. Satu roboh menimpa kartu lain. Roboh semua.

Berapa ratus ribu atau juta rumah yang termasuk dalam mortgage itu? Belum ada data. Yang ada baru nilai uangnya. Kira-kira mencapai 5 triliun dolar. Jadi, kalau Presiden Bush merencanakan menyuntik dana APBN USD 700 miliar, memang perlu dipertanyakan: kalau ternyata dana itu tidak menyelesaikan masalah, apa harus menambah USD 700 miliar lagi? Lalu, USD 700 miliar lagi?

Itulah yang ditanyakan anggota DPR AS sekarang, sehingga belum mau menyetujui rencana pemerintah tersebut. Padahal, jumlah suntikan sebanyak USD 700 miliar itu sudah sama dengan pendapatan seluruh bangsa dan negara Indonesia dijadikan satu.

Jadi, kita masih harus menunggu apa yang akan dilakukan pemerintah dan rakyat AS. Kita juga masih menunggu data berapa banyak perusahaan dan orang Indonesia yang ''menabung'' - kan uangnya di lembaga-lembaga investment banking yang kini lagi pada kesulitan itu.

Sebesar tabungan itulah Indonesia akan terseret ke dalamnya. Rasanya tidak banyak, sehingga pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruhnya pada Singapura,
Hongkong, atau Tiongkok.

Singapura dan Hongkong terpengaruh besar karena dua negara itu menjadi salah satu pusat beroperasinya raksasa-raksasa keuangan dunia. Sedangkan Tiongkok akan terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan sangat menurun, yang berarti banyak barang buatan Tiongkok yang tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke sana . Kita, setidaknya, masih bisa menanam jagung.(*)

Sumber: Jawa Pos - Minggu, 28 September 2008